Monkeypox (MPVX) atau cacar monyet termasuk dalam penyakit zoonosis, yitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia.
Hewan tersebut di antaranya adalah hewan inang seperti berbagai hewan pengerat dan primata non-manusia.
Hewan pmonkeyengerat tersebut seperti Cricetomisis, Graphiurus, dan funiscirusus.
Melansir situs resmi WHO, gejala cacar monyet hampir serupa dengan pasien cacar sebelumnya, meski secara klinis penyakit ini tidak menyebabkan dampak yang terlalu parah.
Namun saat ini dengan adanya vaksinasisi cacar bagi penyakit cacar monyet dapat mencegar infeksi MPXV pada manusia.
Berdasarkan jurnal berjudul Human Monkeypox Virus: Respon Kesiapan Darurat Dunia yang terbit tahun 2019, pertama ditemukan secara endemis di Afrika Barat dan Tengah.
Kedua kawasan tersebut dikenal dengan cuaca tropis dan dikelilingi oleh banyaknya hutan.
Lama-kelamaan penyakit ini mulai merambah ke daerah perkotaan.
Kasus pada manusia pertama yang diketahui pada anak laki-laki berusia sembilan tahun di provinsi Equaire Zaire dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo (DRC) pada tahun 1958.
Awalnya ia hanya menderita penyakit cacar biasa.
Namun setelahnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa penyakit tersebut ialah cacar monyet.
Hal ini dibuktikan ketika mengisolasi gejala tersebut dari penyakit vesiculo-pustular yang umumnya ada di kera dan terdapat di State Serum Institute, Copenhagen.
Akhirnya ditemukan kemiripan antara cacar biasa dan cacar monyet pada primate, yang saat ini terjadi juga di manusia.
Rentang tahun 1970 sampai 1986, dilaporkan terdapat sepuluh kasus individu yang terserang cacar monyet di negara bagian Afrika Barat, seperti Pantai Gading, Liberia, dan Sierra Leone.
Sementara jumlah yang lebih banyak dilaporkan di daerah Kongo dengan jumlah 394 orang.
Hingga pada tahun 2005, kasus dari cacar monyet mulai sering dikabarkan dari Cekungan Kongi di Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah.
Sementara dua tahun sebelumnya di akhir musim semi 2003, beberapa orang teridentifikasi gejala cacar monyet di Midwestern Amerika Serikat.
Saat itu, mereka terlihat memiliki gejala serupa seperti ruam, demam, gejala pernapasan, dan limfadenopati setelah terpapar virus dari anjing peliharaan yang sedang sakit.
Faktanya, anjing sendiri adalah salah satu hewan pengerat dari spesies Cynomys.
Anjing tersebut diindetifikasi terpapar karena hewan lain seperti tikus, yang terkenal sebagai reservoir monkeypox di habitat asli mereka di Afrika.
Ciri-ciri hewan itu antara lain seperti keluarnya cairan pada hidung dan mata yang berlebihan, dyspnea, lymphadenopathy, dan lesi muco-cutaneous.
Namun seiring penelitian berjalan, ditemukanlah vaksin cacar ini.
Menrut studi yang terbit tahun 2019, orang-orang yang divaksinasi terhadap cacar memiliki sedikit kemungkinan mengalami tingkat keparahan penyakit ini.
Meskipun penyakit ini bisa disembuhkan dengan sendirinya, dengan estimasi waktu dua sampai empat minggu.
FATHUR RACHMAN